MediaRaya.Org – Kebutuhan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri cukup tinggi. Namun, pemenuhan kebutuhan tersebut masih bergantung pada produk impor. Di sisi lain, bidang kesehatan menjadi salah satu dari sembilan fokus bidang riset yang menjadi prioritas riset nasional 2023-2024.
Pada tahun 2023 tingkat ketergantungan impor di bidang kesehatan mencapai 90 persen. Padahal, Indonesia tercatat sebagai negara dengan keragaman biodiversitas terbesar kedua di dunia. Namun, Indonesia belum siap dengan potensi besar dari kekayaan hayati yang dimiliki.
Untuk mengurai permasalahan tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Industri menggelar Temu Bisnis Pemanfaatan Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan di Jakarta pada Kamis (30/5/2024).
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyampaikan bahwa alat kesehatan sejatinya menjadi kebutuhan setiap manusia. Adanya kebutuhan tersebut akan mengarahkan riset lebih fokus. Karena berdasarkan kebutuhan pasar. Pengetahuan teknologi proses menjadi salah satu upaya yang harus terus dioptimalisasi.
“Optimalisasi teknologi proses membutuhkan proses yang cukup panjang, namun harus terus di dorong. Peran periset BRIN membuat formulasi skala laboratorium, sedangkan untuk manufaktur tentu membutuhkan peran mitra,” Jelas Handoko.
Menurutnya, kegiatan temu bisnis menjadi salah satu sarana bertemunya para periset BRIN dengan berbagai hasil riset dan inovasinya dengan pihak industri. Tujuannya, agar ada hasil-hasil riset dan inovasi yang dapat dikomersialisasikan oleh industri.
Selain itu, pertemuan ini juga membuka peluang kerja sama dan kolaborasi riset antara BRIN dan industri. Diharapkan dari temu bisnis ini, ada masukan serta feedback dari industri tentang kebutuhan-kebutuhan riset dan inovasi.
“Karena seyogyanya yang lebih memahami kebutuhan pasar adalah pihak industri, baik permintaan dari end user seperti pasien dan rumah sakit, maupun program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan,” tambah Handoko.
Kegiatan ini diikuti sekitar 450 peserta yang terdiri dari kalangan industri bidang kesehatan, periset BRIN. Juga dihadiri oleh Asosiasi Industri Kesehatan seperti GP Farmasi, GP Jamu, Gakeslab, Aspaki, Hipelki, Perkosmi, Asosiasi Healtech, Amvesindo, HIPMI dan MIKTI serta dari pihak regulator Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
Berbagai isu menjadi topik pembahasan yang meliputi lima bidang fokus kajian yakni: farmasi dan radiofarmaka; obat tradsional, fitofarmaka dan kosmetika; alat kesehatan berbasis kecerdasan artifisial, elektromedik dan mekatronik; alat kesehatan berbasis material dan non elektrik; vaksin, biofarmasi dan terapeutik.
Untuk mengakselerasi tujuan kegiatan, berbagai skema fasilitasi juga turut dipaparkan. Tujuannya mendorong industri untuk melaksanakan riset dan inovasi di bidang Kesehatan diantaranya seperti : pemanfaatan infrastruktur riset dan inovasi, super tax deduction dan e-katalog inovasi, audit dan alih teknologi, strategi dan fasilitasi pendanaan riset dan inovasi serta strategi registrasi lembaga riset (Sebaris).
More Stories
BRIN dan LKPP Dorong Pemanfaatan Produk Riset dan Inovasi untuk Pengadaan Pemerintah
Kupas Revolusi AI, Infomedia Sukses Gelar INFINITE Conference 2024
Art Love U Fest 2024: Eksplorasi Bahasa Cinta 43 Perupa Indonesia